Jumat, 07 September 2012

3rd Fans Fiction


Namgu Island

Ide cerita : Song Dong Woo
Penulis : Choi Hyun Hoon


Angin musim hujan yang sejuk memasuki ruang kelas lewat celah-celah pintu dan jendela. Terhirup olehku dan merebak kedalam paru-paruku. Udara begitu dingin setelah air hujan selesai mengguyur sekolah dan menyebabkan timbulnya genangan air di lapangan. Seakan tak  memperdulikan dinginnya udara saat ini, sang guru tetap saja bercerita tentang aktiva dan pengeluaran kas.
Aku menatap nanar kearah papan tulis. Menahan kantuk yang sedari tadi menyiksaku. Bola mataku berkeliling. Menangkap gambaran beberapa siswa laki-laki yang tertidur nyenyak di sudut kelas. Siswi-siswi perempuan yang tengah mengobrol asik dengan suara pelan, dan beberapa murid yang sibuk menggerakkan jari-jari mereka diatas keypad ponsel.
Tatapanku beralih ke deretan murid-murid pintar yang duduk manis tanpa bicara di barisan depan. Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama dan sesekali mencatatnya di buku tulis rapi mereka. Kulirik teman sebangkuku, ia mulai menguap dan menghapus air mata yang mucul di sudut matanya. Entah ini sudah keberapa kalinya ia menguap, yang jelas pelajaran ini sungguh membosankan.
Aku mulai merapikan buku-buku dan alat tulisku ketika jam di dinding mulai menunjukkan pukul 14.55. sudah waktunya untuk mengakhiri kursus konyol ini.
Pukul 15.00 tepat bel berbunyi, beberapa siswa yang tadinya tertidur nyenyak mulai terbangun, merentangkan tangan mereka, dan mulai merapikan buku-buku pelajaran yang tadinya dipakai sebagai alas tidur mereka.

“Baik anak-anak. Kursus hari ini selesai. Terimakasih.” Kata-kata itu yang sedari tadi ingin kudengar dari bibir sang guru. Semua siswa kini telah menenteng tas mereka masing-masing dan bersiap pulang kerumah tercinta.
Aku menghampiri dua orang sahabatku yang lebih dulu telah sampai dipintu kelas. Menepuk pelan pundak mereka dan tersenyum manis ketika mereka berdua menoleh padaku.
“Hai, Kau terlihat sangat mengantuk.” Ujar Novie. Cewek berkerudung dan berkacamata yang merupakan teman baikku.
“Yahh.. pelajaran tadi membosankan.” Jawabku pada mereka, berjalan santai di tengah koridor sekolah yang sepi. Maklum, hari ini hanya kelas kami yang mengadakan Kursus tambahan.
“Sangat. Sangat membosankan.” Celetuk Eka yang memiliki wajah bundar nan lucu.
Aku tersenyum menanggapi kata-kata mereka. Itu berarti tak hanya aku yang menganggap pelajaran tadi sangat membosankan.
“Sukma, ikut kami ke kamar mandi dulu ya..” Eka meminta padaku dan aku tersenyum meng-iyakan.
Aku bersender di dinding di depan kamar mandi selagi mereka berdua di kamar mandi. Menatap bangunan sekolah yang sepi, kearah matahari sore yang membuat sekolah ini tampak menakutkan.
“Hai Sukma, aku duluan ya..” Ujar salah seorang teman sekelasku. Aku melambaikan tangan menanggapinya. Ia tersenyum lalu berlalu pergi.
CTAR!
Suara apa itu di sekolah yang sepi begini? Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling sekolah mencari sumber suara. Tak ada apapun. Bahkan kedua temanku yang saat ini berada dikamar mandi pun tak segera berlari keluar mendengar suara mengejutkan tersebut.
Mataku tetap mencari asal suara yang menyebabkan jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya, dan pandanganku terhenti di tengah pintu kelas yang terbuka lebar. Tepat ditengah-tengah itu, muncul asap. Seperti asap sebuah petasan. Tapi anehnya, asap itu semakin lama semakin besar dan tebal seperti kabut. Membentuk sebuah lingkaran sebesar kedua pintu kelas tersebut.
Aku menggigit bibir dan mengerutkan kening. Kabut apa itu? Sambil berpikir, tak terasa aku sudah berdiri tepat didepan kabut tersebut.
Merasa penasaran aku memasukkan tangan kananku kedalam lingkaran kabut. Tak terasa apa-apa. Aku mulai berjalan menembusnya. Namun  aku tak segera melihat ruang kelas dengan bangku dan meja yang tertata rapi. Yang kulihat hanya gumpalan kabut dan terus seperti itu sejauh aku melangkah.
Tak ada hal lain selain warna putih dan suhu udara yang semakin dingin. Kemana bola mataku memandang, yang terlihat hanyalah warna putih dari kabut.
“Aww..”
Apa ini? Aku tersandung sebuah batu? Tapi aku tak melihat apapun. Kemudian …
Aku rasa tubuhku sudah berguling-guling diatas sesuatu yang menusuk-nusuk badanku, namun tidak terasa sakit. Hanya seperti digigit seekor semut kecil di sekujur tubuh. Beberapa menit kemudian aku terhenti. Udara terasa begitu dingin dari sebelumnya. Perlahan, aku mencoba membuka kedua mataku. Berharap aku tergeletak dibawah kaki meja disebuah kelas. Namun yang kulihat berbeda. Hamparan rumput hijau membentang sejauh mata memandang,  ahh jadi ini yang menusuk-nusuk badanku, rumput yang berdiri tegak sepanjang 5-7 cm. Aku mencoba berdiri, kulihat barisan pepohonan yang tumbuh besar dengan daunnya yang lebat, dan langit yang tampak begitu cerah.
Aku, berada dimana? Ku coba memejamkan kedua mata dan membukanya lagi. Aku mendesah kecewa ketika kusadari bahwa ini semua bukan mimpi.

*FTISLAND*

Udara dingin + angin sepoi yang dihasilkan dari goyangan pelan beberapa pohon berhasil menembus jaket dan seragam putih abu-abu ku. Aku terus berjalan menyusuri bukit rerumputan ini, namun tak kutemui juga ujungnya.
Dari perjalananku, kutemui sekitar 5-8 pohon sakura yang tumbuh subur di bukit ini. Apa mungkin aku telah terhempas ke Negara Jepang? Sebaiknya aku terus berjalan dan menemui seseorang untuk memastikan aku berada dimana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar