Udara panas begitu menyengat tubuh.
Daun-daun pohon tak bergoyang sedikitpun. Tak ada tanda-tanda angin akan
melewati daerah ini. Suasana kampus yang ramai dengan lalu lalang mahasiswa
membuat udara disini terasa semakin penat.
Nadia, gadis berkerudung dengan
kaos lengan panjang dan celana jeans hitam duduk santai ditempat kesukaannya. Tangan
kanannya memainkan ponsel. Sedang tangan kirinya menyangga dagu, tampak tak
bersemangat.
“Menanti kekasih?” muncul dari arah
belakang suara Nindy. Gadis cuek yang sehari-hari tampil apa adanya ini ikut
duduk disamping Nadia. Nindy sudah menjadi teman baik Nadia sejak ia kuliah
disini. Gadis itu pula yang membuat Nadia bisa dekat hingga bisa menjalin
hubungan dengan kakak senior impiannya.
Nadia menggeleng, memberi respon
pada sahabatnya bahwa ia sedang tidak menunggu kekasihnya. Tatapannya tetap tak
lepas dari ponsel yang sedang digenggamnya. Alih-alih bermain game atau mengirim pesan, ia hanya membuka
dan menutup menu di ponselnya.
Nindy menatap lurus teman karibnya
tersebut, meminta jawaban pasti atas pertanyaannya tadi. Merasa diperhatikan,
Nadia berhenti memainkan ponsel dan menatap Nindy.
“Apa?” tanyanya.
“Apa yang sedang kau pikirkan?”
“Tak ada.”
“Bohong.”
“Bohong?” Nadia berseru,
mengerutkan kedua alisnya, tak percaya dengan ucapan sahabatnya.
“Ck!” Nindy berdecak, ia meluruskan
tubuhnya dan mulai berbicara. “Nadia, kau pikir aku baru mengenalmu satu atau
dua hari yang lalu? Aku mengenalmu sejak kita masuk kampus ini, sejak kita
kuliah disini. Dan aku tau jika kau tidak bertingkah seperti orang gila berarti
ada sesuatu yang sedang kau pikirkan! Sekarang, ceritakan padaku.”
Sebenarnya Nindy tau, sejak kemarin
ada yang tidak beres dengan sahabat karibnya itu. Ia tidak bersikap seperti
biasanya, lebih terlihat murung dan sering membuka tutup ponselnya. Seakan ada
yang ingin ia lakukan, tapi tak berani dilakukannya.
Nadia menghela napas panjang
sebelum ia menjawab pertanyaan temannya. Lalu ia kembali memusatkan
perhatiannya pada ponselnya.
“Aku tak tau aku kenapa. Tapi yang
jelas, rasanya aku ingin sekali mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh
seseorang. Setiap waktu.” Ucap Nadia.
“Seseorang?” Nindy bertanya dan
dijawab dengan anggukan kepala Nadia.
“Kekasihmu?”
Nadia tersentak mendengar
pertanyaan spontan sahabatnya. Ia diam sebentar, lalu menjawab. “Bukan.”
“Maksudmu laki-laki lain? Tapi kan,
kau sudah punya pacar?” dalam nada bicara Nindy, ada rasa tak percaya dengan
ucapan gadis disampingnya itu.
“Justru itu Nindy, aku tak tau apa
yang aku rasakan sekarang.”
“Oke. Aku ingin tau laki-laki
seperti apa yang bisa membuat sahabatku berubah seperti ini.”
Atas permintaan Nindy, Nadia pun
membuka ponselnya, menyentuh ikon BBM di layar ponsel, dan menekan huruf ‘B’
pada kontak. Setelah muncul apa yang dicari, ia tunjukkan foto itu pada
sahabatnya.
Spontan Nindy membekap mulutnya
dengan kedua tangan. Matanya melotot lebar dan alisnya berkerut ditengah. Ia
tak percaya.
“Nadia, jangan katakan padaku bahwa
kau jatuh cinta padanya!” katanya kemudian.
###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar