Part 1.
Bunga sepatu
Setangkai bunga sepatu berwarna
merah segar berada tepat dihadapanku pukul 12.43. aku menelusuri tangan si
pemberi bunga, menuju wajah polosnya yang menyunggingkan senyum lebar, memamerkan
gigi-giginya yang tidak seberapa putih bahkan ada kulit cabe yang terselip
diantara gigi-gigi itu. Ku ambil bunga pemberian darinya dan ku letakkan di
sudut meja tempatku mengobrol, kemudian ia pergi dengan senyumnya (+ kulit
cabe) yang masih terus mengembang.
Aku masih terus mengobrol bersama
beberapa teman wanitaku, membicarakan apa saja yang bisa untuk kami gosipkan,
mulai dari lelaki tertampan disekolah hingga lelaki bermuka paling pas-pasan.
Dari penjaga sekolah, tukang kebun, satpam, penjual di kantin, guru, sampai
kepala sekolah botak yang selalu memarahi kami ketika kami menginjakkan kaki di
lapangan berumput seharga 6.000.000 nya.
Dan ada sesuatu yang aneh. Aku seperti
sedang diawasi. Kedua bola mata yang sedari tadi menatapku dan tak beralih sedikitpun.
Aku mulai resah. Jangan-jangan disekolah ini ada pembunuh, dan aku akan menjadi
korban. Atau mungkin seorang teman yang menyimpan dendam terhadapku lantaran
aku tak memberinya jawaban saat ujian, atau mungkin seorang guru yang merasa
bahwa sedari tadi kami membicarakannya. Atau mungkin…
Ketika aku mengedar pandang mencari
tau siapa pemilik tatapan mengerikan yang membuatku resah, aku menemukannya.
Lelaki yang tidak lama ini memberiku setangkai bunga sepatu yang diantara
senyumnya terselip kulit cabe, sedang menatapku lurus. Saat ia tau aku membalas
tatapannya, ia melambaikan kedua tangannya kepadaku disertai senyum lebar
khasnya. (Namun sudah tidak ada kulit cabe diantara gigi-giginya. Mungkin
seseorang sudah memberitaukan kepadanya. Tapi apa itu penting untuk kuceritakan
pada kalian?)
Aku menghela napas ketika ku tau
bahwa ia yang sedari tadi menatapku dan kembali melanjutkan obrolanku dengan
teman-teman wanitaku. Dan bunga sepatu yang berada di sudut meja, masih tetap
berada disitu.
Ini tak hanya terjadi sekali pada
pukul 12.43. Setiap selesai melaksanakan sholat dhuhur di musholla sekolah,
jika sempat ia akan memetik bunga sepatu yang memang tumbuh subur didekat situ
dan sesampainya di kelas ia memberikannya padaku disertai dengan senyum lebar.
Menunjukkan bahwa ia sangat ikhlas dalam melakukan hal itu. Menunjukkan bahwa
dari hati, ia begitu menyukaiku. Menunjukkan bahwa cinta itu polos, namun
terkesan seperti bodoh :)
NB: Kau tau? Aku sangat menyukai bunga. Dan ketika aku tau kau sering
memberikanku bunga sepatu, meskipun awalnya aku ilfeel namun aku begitu
menyukainya. Terimakasih :)
bagus banget Novie :)
BalasHapusaku suka :*
ikhlas banget nulisnya..
bener-bener pake perasaan.
tulisan ini, bener-bener pake soul :)
aku tunggu part part selanjutnya ya ;;)
so keep writing! :D
Dwi's love :3 <3
BalasHapustuh kan, keliahatan kalo nulis dari hati :*
nice post
keep writing sayang...